(3) PEMUDA YANG REVOLUSIONER
Sebagaimana seluruh para Rasul, Ibrahim AS juga memiliki misi revolusi. Yaitu perubahan yang totalitas dan cepat. Suatu perubahan yang hendak meruntuhkan rezim tiranik Raja Namrudz. Didalam misi revolusi-nya, Ibrahim langsung pada akar persoalan yaitu TAUHID (bersifat radikal).
Ibrahim langsung menggemakan Laa Ilaaha Illallah kepada kerajaan tiranik Namrudz, tanpa menggunakan perantaraan ekonomi, social budaya, atau melalui partai politik dalam legalitas Namrudz. Ibrahim langsung menyerukan bahwa OTORITAS tertinggi membuat hukum hanya ada ditangan Allah SWT, bukan ditangan rakyat (demokrasi) atau dinasti raja (monarki) atau ditangan elite elite politik (Aristo demokrasi).
Gema dakwah Tauhid inilah yang secara langsung menyebabkan Namruda berang, karena hak OTORITAS-nya harus dilepaskan dan diserahkan kepada Allah SWT.
Perubahan yang diusung Ibrahim muda juga tidak dicicil dari beberapa sector secara berangsur. Tetapi suatu perubahan fundamental dari akarnya.
Ibrahim juga tidak menggunakan ‘lembaga – lembaga’ penyaluran aspirasi politik (seperti parpol) melalui parlemen Namrudziah. Bahkan secara dzahiriyyah Ibrahim memproklamirkan system masyarakat sendiri yang berpisah dari kerajaan Namrudz (60:4).
(4) PEMUDA YANG BRILLIAN
Ibrahim mengemas misi dakwahnya dengan cerdas, bahkan ketika harus diadili dalam pengadilan kerajaan Namrudz.
Ketika pihak kerajaan mengetahui bahwa berhala-berhala mereka hancur berantakan. Mereka menye lidiki siapa pelaku penghancuran symbol symbol kenegaraan sembahan mereka itu?. Sampai akhirnya diduga bahwa pelakunya adalah “seorang pemuda yang bernama Ibrahim” [21:60].
Ibrahim dipanggil ke mahkamah pengadilan kerajaan dan disidang, sambil ditonton orang banyak (live) [21:61]. Mereka menyidik Ibrahim : “Apakah anda yang melakukan penghancuran berhala-berhala ini?” [21:62]. Ibrahim menjawab: “bukan!, tetapi berhala terbesar ini pelakunya. Tanyakan saja kepadanya!” [21:63].
Mereka menyadari bahwa berhala yang disembah itu tidak sama sekali terbukti membawa keuntungan bahkan berbicara saja tidak sanggup. Para petinggi kerajaan dan rakyat banyak yang secara live menonton persidangan itu tertunduk malu dan tersadar [21:63-64].
Saat itulah Ibrahim melancarkan pukulan telak dengan mengatakan : “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?” [21:66-67].
(5) PEMUDA YANG TEGAR
Bukannya sadar dan bertobat, Raja Namrudz menutup rasa malu dan salahnya dengan mengeluarkan sebuah vonis hukum tertinggi yaitu “BUNUH”, dengan cara sadis yaitu dibakar [21:68].
Ibrahim menyadari konsekwensi revolusi yang akan menimpa dirinya. Dia tetap tegar menghadapi vonisan mati Raja Namrudz. Tidak ada penyesalan dan raut muka bersedih. Inilah kematian terindah yang dicita-citakan para pejuang kalam suci. Ibrahim akhirnya dibakar dalam api yang menggunung. Birunya api dan kepulan asap yang menggelembung seperti ombak terbang, hampir menggelapkan cuaca.
Allah kemudian berfirman kepada api “jadilah kamu dingin dan selamatkan Ibrahim!” , api-pun menjadi dingin. Ibrahim keluar dari kepungan api dengan selamat [21:69].
SUBHANALLAH… (tamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar